Kamis, 14 November 2013

Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAW

Betapa banyak cobaan dan ujian yang sudah kita lalui, namun apa pun yang mendera kaum Muslimin sama sekali tak menandingi saat terputusnya wahyu dan terbukanya pintu keburukan. Mari, tegakkan kepala kita, membayangkan jika kita berada pada Zaman Rasulullaah, yg menyaksikan khutbah di Haji Wada` beliau kala itu.
Dari `Aisyah ia mendengar rasulullaah bersabda, “Hai manusia, siapapun di kalangan manusia dan kaum Muslimin yg mendapat musibah, maka hendaklah dia menghibur dirinya dengan musibah kematianku, dengan musibah yg menimpa dengan selainku, sesungguhnya di antara umatku, tak akan ada mendapatkan musibah yg amat berat dan amat besar, melainkan musibah kematianku..” (HR. Ibnu Majah-shahih, oleh Syaikh Al Albani)
Di riwayat lain, Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma dan Sabith al-Jumahi radhiyallahu ‘anhu mereka berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila salah seorang di antara kalian ditimpa musibah, maka hendaknya ia mengingat musibah yang ia alami dengan (wafatnya) diriku. Karena sesungguhnya wafatku adalah musibah yang paling besar.” (HR. Ad Darimi)
Suatu ketika, setelah wafatnya Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam, Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab –radhiyallaahu `anhuma- menziarahi Ummu `Aiman radhiyallaahu `anha, lalu kedua nya mendapati wanita ini menangis terisak, dan mereka berdua pun ikut menangis, kemudian mereka bertanya, “Apa yg menyebabkanmu menangis…? Tidakkah engkau ridha dengan apa yg didapatkan Rasulullaah..?” Beliau menjawab, “Aku ridha dengan apa yang didapatkan Rasulullah, dan aku tak menangisi kematian beliau, tetapi aku menangisi apa yg akan menimpa umat Muslim setelah kematian beliau, krn dengan kematian beliau, maka terputuslah wahyu dan terbukalah pintu keburukan. Dahulu ketika rasul masih hidup, segala problematkan diadukan pada rasul dan dibahas dengan tuntas, namun sekarang pintu keburukan mulai muncul.”
Dan memang setelah kematian beliau shalallaahu `alaihi wasallaam, memang betul terjadi apa2 yg dikhawatirkan oleh orang2 yg dekat dengan beliau, Munafiqin bergembira atas kematian Rasulullaah, dan kabilah2 Arab banyak yg murtad.
Berbicara tentang wafatnya Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam, menggerakkan kerinduan hati seorang Mukmin kepada seorang utusan Allah yg patut untuk dicintai.
Dahulu ketika Rasulullaah masih hidup, dalam Masjid Nabawi ada sebatang pohon korma, seperti biasanya jika beliau khutbah, beliau bersandar ke pohon kurma itu, namun setelah dibuatkan mimbar, Rasulullaah meninggalkan pohon itu. Suatu saat ketika Rasulullaah melewati pohon itu utk menuju mimbar, maka terdengarlah pohon itu menangis, merintih, spt bayi yg menangis, krn rindu pada Rasulullaah. Dan beliau shalallaahu `alaihi wasallaam turun dari mimbar, dan memeluk pohon itu. Beliaupun bersabda, “Demi Allah, jika sekiranya aku tak memeluk pohon ini, maka dia akan menangis sampai kiamat”
Ya Subhanallaah, lihatlah… Pohon yang seperti itu saja, tak memiliki akal dan nafsu, sangat merindukan kedekatan dan kehadiran Rasulullaah. Apakah kita jika seandainya tak merasakan hal yg lebih dari itu…
Hasan al Bashri –rahimahullaah-, ketika membaca riwayat kisah ini, beliau menangis dan berkata, “Sebatang pohon rindu hingga menangis kepada Rasulullaah. Kalian, justru lebih patut menangisi untuk rindu pada Rasulullaah!”
♥ Isyarat Dekatnya Ajal Rasulullaah dalam Nash Shahih
Saudari, setiap kejadian2 besar, biasanya didahului oleh isyarat2 dan tanda2. Begitu juga dengan wafatnya Rasulullaah, betapa banyak isyarat2 yg tampak untuk ‘memberitahukan’ akan kedekatan ajal beliau shallaahu `alaihi wasallaam, dan isyarat2 ini pun terlihat ketika Haji Wada`. Beliau berkhutbah, dan bersaksi 3X bahwa beliau telah menyampaikan risalah dengan tuntas.
1.Saat beliau melakukan ibadah Haji Wada` (Haji Perpisahan), turunlah firman Allah yg artinya:”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nitmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.Al-Maidah:3)
Semua shahabat terdiam, kecuali Umar bin Khattab. Beliau menangis, dan beliau ditanyai oleh Rasulullaah, “Apa yg membuatmu menangis ya Umar..?”
Umar radhiyallaahu `anhu yang terkenal keras, tegas, menangis karena mengetahui makna tersirat dari ayat tsb.
Beliau menjawab, “Sesungguhnya, tiadalah sesudah kesempurnaan, melainkan kekurangan”. Maksudnya, setelah sempurna, maka dikembalikanlah kepada kekurangan2nya. Kekurangan yg dimaksud adalah dengan diwafatkan Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam. Beliau merasakan bahwa ayat itu adalah isyarat berita kematian Rasulullaah. Lihat, betapa dekatnya ikatan antara Rasulullaah dan shahabat, hingga beliau tahu makna tersirat dari ayat itu. Makna ayat itu adalah, bahwa Islam sudah sempurna, dan itu artinya Rasulullaah sudah selesai menyampaikan risalah kepada umatnya, telah sungguh2 berjihad, menasihati ummah.
Pada khutbah Haji Wada` yg singkat ini, sangat dalam dan sangat bermakna, beliau telah menegakkan kaidah2 Islam dan meruntuhkan kaidah2 kesyirikan, aturan2 untuk berlaku baik kepada wanita, anak dan istri2, orangtua.
Beliau juga menyampaikan kabar gembira kpd pemegang al Haq, selama berpegang teguh pada al Haq, tidak akan pernah tersesat, ini beliau sampaikan di Padang Arafah.
2. QS. An Nasr
Ketika para shahabat berdiskusi mengenai surah ini, Umar bin Khattab membawa anak berumur 15 tahun, yg bernama Abdullaah bin `Abbas yg anak ini pernah dido`akan Rasulullaah untuk difaqihkan Diin dan pintar memahami ta`wil dan tafsir Al-Qur`an. Beliau bawa anak ini ke majlis shahabat (Muhajirin wa Anshar) yg tengah berdiskusi mengenai surah ini. Dan kemudian anak ini ditanya mengenai tafsir surah ini, dan Abdullaah bin `Abbas pun terdiam dan kemudian menjelaskan, “Surah ini tak hanya menjelskan mengenai kemenangan, namun surah ini juga mengkhabarkan mengenai dekatnya ajal Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam, krn telah usai menyampaikan risalah”
3.Hadits riwayat Bukhari, dari `Aisyah radhiyallaahu `anha, “Suatu saat berkumpul semua istri2 Rasulullaah, kemudian masuklah Fatimah meminta izin. Fatimah berjalan persis seperti jalannya Rasulullaah. Rasulullaah berbisik pada Fatimah, setelah itu muka Fatimah langsung berubah dan menangis, namun kemudian Fatimah tertawa. Kemudian `Aisyah bertanya, “Kenapa engkau menangis kemudian tertawa..?”. Tetapi Fatimah tak mau menceritakan dan beliau berkata, “Ya Bunda, nanti ketika Rasulullaah meninggal, akan aku ceritakan padamu”. Kemudian, setelah Rasulullaah meninggal, `Aisyah teringat akan janji Fatimah padanya, dan beliau pun menagih janji tsb. Beliau bertanya pada Fatimah. Selanjutnya Fatimah pun menjawab, “Sesungguhnya Rasulullaah berkata kepadaku,
#‘Wahai putriku, sesungguhnya Jibril datang tiap Ramadhan kepadaku 1X untuk menyuruhku membaca Al Qur`an dihadapan Jibril, selama 9X Ramadhan, tiap malam Lailatul Qadr. Namun, tahun ke 10H ini, Jibril datang kpd ku 2X, dan aku pun i`tikaf selama 20 malam, itu tandanya bahwa aku tak akan bertemu dengan Ramadhan berikutnya”, (Inilah sebabnya Fatimah menangis dan berubah mukanya)
#”Wahai Putriku, apakah kamu tidak mau menjadi pemuda kaum Muslimah dan engkau akan menyusulku pertama kali di antara keluargaku”(Ini lah sebabnya kenapa Fatimah tertawa, bahwa dia akan bertemu Rasulullaah dalam waktu dekat, dan memang menurut sejarah bahwa Fatimah wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullaah)
4. Hadits yang beliau sampaikan ketika Haji Wada` tgl 10 Zulhijjjah, riwayat Muslim dari kitab Al Hajj, dari Jabir bin Abdillaah radhiyallaahu `anhu, Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam bersabda, “Ambillah tata cara manasyik haji yg aku ajarkan”, kemudian shahabat bertanya, “Kenapa yaa Rasulullaah?”, beliau menjawab, “Karena bisa jadi aku tidak bisa lagi berhaji bersama kalian”, kemudian shahabat berkata, “Inilah haji Wada`”.
Tetapi beliau tak tau kapan, dimana datangnya ajal itu.
5.Masih di riwayat Muslim, “Pelajarilah tata cara haji yang aku ajarkan, karena bisa jadi aku tak akan bersama kalian”
6.Saat Rasul akan mengutus Mu`adz utk berdakwah ke Yaman, beliau menepuk pundak Mu`adz, seraya berkata, “Ya Mu`adz, suatu saat engkau akan melewati masjid dan kuburanku”, beliau menangis terisak2 dan beliau merasakan tak akan bertemu dengan Rasulullaah. Dan setelah beliau ke Yaman, dan kembali lagi, memang benar, Mu`adz tak menemui Rasulullaah, namun hanya menemui masjid dan kubur beliau. Beliau menangis terisak2, orang yg beliau cintai, menyampaikan pesan terakhir kepada beliau.
Subhaanallaah, patutlah manusia menangisi kepergian beliau shalallaahu `alaihi wasallaam.
7.Dari Abu Sa`id al Khudri, Rasulullaah naik mimbar dan bersabda, “ Sesungguhnya ada seorang hamba yang disuruh memilih antara bertemu Allah di JannahNya atau keni`matan dunia dan dipanjangkan umur”. Abu Bakar radhiyallaahu `anhu menangis, dan berkata, “Tidaklah kalian mengetahui bahwa yang disuruh memilih di antara dua pilihan itu adalah Rasulullaah.”, sesungguhnya yang dimaksud oleh Rasulullaah adalah dirinya sendiri, dan yang paling dekat dengannya adalah Abu Bakar (HR. Bukhari)
(Ini tandanya bahwa Rasulullaah memilih untuk bertemu dengan Allah di JannahNya, isyarat bahwa semakin dekat ajal Rasulullaah)
♥ Sakitnya Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam
Sekitar tiga bulan sepulang menunaikan haji wada’, beliau shallallaahu ’alaihi wasallam menderita sakit yang cukup serius. Beliau pertama kali mengeluhkan sakitnya di rumah Ummul-Mukminin Maimunah radliyallaahu ’anhaa. Tepat di awal bulan Safar tahun ke 11 H, pagi harinya beliau keluar menziarahi kubur `Uhud, penguburan Syuhada yg gugur di medan perang Uhud, beliau mengunjungi laksana akan berpisah, lalu berdiri diatas makam para syuhada dan berkata:” Assalamu’alaikum wahai syuhada ‘Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului kami dan kami insya Allah akan menyusul kalian, dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul kalian.”
Kemudian Rasulullaah pulang sambil menangis. Maka para sahabat bertanya kepada Rasulullah : “Apa yang membuat engkau menangis wahai Rasulullaah ?” Beliau bersabda:” Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka berkata:” Bukahkah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah?” Beliau bersabda:” Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman adalah suatu kaum yg datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.”
Aku berdoa kepada Allah subhaanahu wa Ta`ala mudah-nudahan kita semua termasuk mereka yg dirindukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Aamiin ya Rabbal Alamin
Pada hari Senin 29 Shafar, malam harinya, beliau berkata kepada bekas budak yg telah dimerdekakannya yaitu Abu Muhaibah. Beliau membangunkan Abu Muhaibah dan bersabda, “Ya Abu Muhaibah, aku diperintahkan beristighfar untuk ahlu Baqi`, maka pergilah bersamaku”. Lalu Abu Muhaibah pergi menemani beliau berziarah, sesampainya di Baqi`, keduanya berdiri dan Rasulullaah berdo`a, “Assalaamu`alaikum wahai penghuni kubur, berbahagialah kalian atas apa2 yg didapatkan dan ditemui oleh manusia, sungguh fitnah2 telah datang, bagaikan penggalan malam yg gelap gulita, silih berganti, fitnah yg belakangan lebih lebih buruk dari fitnah yang muncul awal2”.
Isyarat bahwa fitnah akan muncul susul menyusul setelah wafatnya Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam. Bahkan hadits riwayat Imam al Hakim, dishahihkan oleh Al Albani rahimahullaah Ta`ala, Rasulullaah menyebutkan tentang datangnya fitnah yg dibentangkan laksana tikar, fitnah yg gelap gulita, hingga sampai2 Rasulullaah menjelaskan dalam hadits, “Ketika fitnah2 tsb datang, di antara orang2 ada yg pagi harinya Mu`min, petang harinya Kafir, petang harinya Mu`min, dan pagi harinya Kafir..”
Allaahul musta`aan. Allaahumma yaa muqallibal Quluub Tsabbit Qalbi `Alaa Diinik
Kemudian beliau bersabda kepada Abu Muhaibah, “Hai Abu Muhaibah, Sungguh, aku telah diberitahukan kunci pembendaharaan dunia dan kesesalan di dunia, kemudian masuk surga. Lalu Allah memberikan pilihan kpd ku, antara pembendaharaan dunia dan surga, serta antara bertemu dengan Allah dan surga”, maka spontan Abu Muhaibah berkata, “Wahai Rasulullaah, ambil kunci2 pembendaharaan dunia dan kekal di atasnya kemudian engkau masuk surga”, kemudian beliau menjawab, “Tidak, tidak demikian”. Akan tetapi keinginan Rasulullaah hidup di dunia sebatas menunaikan amanah, menyampaikan risalah, dan beliau telah melakukan itu, dan beliau telah meninggalkan ummatnya di atas kebenaran, dalam keadaan terang benderang, malam bagaikan siang. Beliau berkata“Tidak ya Abu Muhaibah, aku telah memilih Rabb ku dan surga”, ini isyarat bahwa semakin dekatnya ajal Rasulullaah. Kemudian beliau beristighfar untuk Ahlu Baqi`.
Lalu beliau pulang ke rumah `Aisyah, di tengah jalan, beliau merasakan pusing di kepala dan panas badannya meninggi. Shg shahabat melihat dan merasakan dari ikat kepala Rasulullaah. Ibnu Mas`ud berkata, “Wahai Rasulullaah, sepertinya engkau merasakan sakit yg luar biasa. Rasulullaah berkata, “Iyaa ya Ibn Mas`ud, ini sebanding dengan sakit 2 orang dari kalian”.
Setelah sampai, beliau mendapati `Aisyah tengah berbaring di atas bantal, yg mengeluhkan sakit kepalanya. Kemudian Rasulullaah berkata, “Aku juga wahai Aisyah, kepalaku juga sakit sekali”. Di tengah sakitnya, Rasulullaah berusaha utk menghibur Aisyah, dan berkata, “Apa yg menyusahkanmu wahai Aisyah, jika engkau yg dulu meninggal, aku yg akan mengurusmu, memandikanmu, mengkafanimu dan menguburkanmu”, namun Aisyah spt nya tak paham maksud Rasulullaah dan –wallaahua`lam- apakah krn kecemburuan pd wanita lain atau bagaimana, beliau berkata, “Jika engkau melakukan itu, aku seolah2 melihatmu ke rumahku, namun tidur bersama istri2mu”, namun Rasulullaah tak membalas perkataan Aisyah, Rasulullaah hanya tersenyum…:)
Lihat betapa bijaksananya beliau, betapa baiknya beliau kepada istri beliau. Subhaanallaah, “Sungguh, dalam diri Rasulullaah telah ada suritauladan yg baik..”, beliaulah qudwah yg terbaik bagi ummat.
Setelah itu, sakit beliau semakin bertambah. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat berjama`ah selama 14 hari (Ada yg mengatakan 11, 12, 13 hari).
Setiap beliau berpindah dari rumah istri2 beliau, beliau selalu bertanya, “Besok dimana tempat saya… Besok dimana tempat saya”, maksud beliau bertanya begitu, beliau berharap dirawat di rumah Aisyah. Istri2 beliau memahami, dan paham akan cinta Rasulullaah kdp Aisyah. Beliau saat itu berada dirumah Sayyidah Maimunah, Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Kumpulkanlah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau shalallaahu ‘alaihi wassallaam, beliau bersabda kepada mereka:” Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab:” Kami mengizinkanmu wahai Rasulullaah.”
Kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri, akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah ‘Ali ibn Abi Thalib, dan al-Fadl ibn al-‘Abbas. Maka merekapun membopong Rasulullaah Shalallaahu ‘Alaihi Wassallaam, lalu mereka memindahkan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari kamar Maimunah menuju kamar ‘Aisyah.
Biasanya beliau dikala sakit, meruqiyah sendiri dengan surah2 (Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas), meniupkan ke tangannya dan mengusapkannya ke badannya, namun sakit kali ini beliau tak sanggup melakukan itu, maka digantikanlah oleh Aisyah.
Lihat, betapa sempurna nya risalah Rasulullaah, sampai2 cara pengobatanpun diajarkan.
Rabu, 5 hari sebelum wafat beliau, saat sakit beliau semakin mengeras, beliau bersabda dalam rawaahul Bukhari, “Bawakan kpd ku 7 kantong air, yg belum dibuka ikatannya, semoga aku bisa keluar menemui orang banyak”
Kemudian, masih di riwayat Bukhari, Rasulullaah menyuruh ambilkan air dari 7 tempat berbeda”, maksudnya utk mengambil berkah dr bilangan ganjil, dan air utk menurunkan panas, silahkan merujuk ke Kitab Zaadul Ma`ad, Ibnul Qayyim, bahasan Tibbun Nabawi.
♥ Hari-Hari Terakhir dan Wasiat Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam
Para sahabat radhiyallaahu `anhum, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibopong di atas dua tangan. maka berkumpullah para sahabat dan mereka berkata:” Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah?”
Mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjidpun mulai penuh dengan para sahabat radhiyallaahu `anhum. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibawa menuju rumah ‘Aisyah.
Mulailah suara-suara didalam masjid meninggi. Bersabdalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:”Apa ini?” Berkatalah ‘Aisyah: “Sesungguhnya manusia mengkhawatirkanmu wahai Rasulullah.” Beliaupun bersabda: ”Bawalah aku kepada mereka.” Maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. maka para sahabat menyirankan tujuh qirbah (timba) air kepada beliau hingga beliau bangkit, dan membawa neliau naik ke atas mimbar.
Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, menjadi kalimat terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan doa terakhir Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Beliau bersabda:” Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” Mereka menjawab:” Ya, wahai Rasulullah.” Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:”Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian, sehingga kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Kemudian beliau bersabda:” Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya.”
Tidak ada yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah diri beliau sendiri. Allah telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorangpun yang paham selain Abu Bakar dan kebiasaan para sahabat saat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang berbicara adalah mereka diam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger di atas kepala mereka. maka saat Abu Bakar mendengar perkataan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dia tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis dengan sesengukan, dan ditengah masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dia berkata:”Kami tebus engkau dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan ibu-ibu kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” dia mengulang-ulangnya, sementara para sahabat melihat kepadanya dg pandangan heran, bagaimana dia berani memotong khutbah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam?”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :”Wahai manusia, tidak ada seorangpun diantara kalian yg memiliki keutamaan di sisi kami melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah. Setiap pintu masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar tidak akan di tutup selamanya.”
Wasiat ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah shahabat yg paling utama dan beliau yang akan menggantikan kepemimpinan beliau shalallaahu `alaihi waasallaam.
Kemudian mulailah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum wafat:” Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian.”
Dan kalimat terkahir yang beliau sampaikan sebelum beliau turun dari atas mimbar sambil menghadapkan wajah beliau kepada ummat dari atas mimbar adalah:” Wahai manusia sampaikanlah salamku kpd orang yg mengikutiku diantara ummatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliaupun dibawa kembali ke rumah beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Kemudian, “Barangsiapa yg harta nya aku ambil, maka silahkan ambil hartaku, barangsiapa yg aku pukul, maka silahkan dia mengqishasku hari ini”, subhaanallaah, dihadapan shahabat, di tengah saat sakit, beliau masih berazzam utk mengembalikan hak2 manusia. Sungguh, tak akan ada yg mau untuk menuntut hak kpd beliau,. Tetapi, saat diam mencekam, ada shahabat yg bernama `Ukasyah yg berdiri menuntut hak pd Rasulullaah dan berkata,
“ Ya Rasulullaah, Dahulu engkau ketika meluruskan barisan ketika perang badar, engkau menusuk perutku dengan tongkatmu, hari ini aku akan menuntut”, shahabat tercengang dan Ali bin Abi Thalib berdiri, dan berkata, “Ya Rasulullaah, aku yg akan menggantikanmu utk diqishas ya Rasulullaah”, tetapi Rasulullaah tak mengizinkan, dan menyuruh Ukasyah mendekati beliau, dan memberikan tongkat beliau. Tetapi Ukasyah berkata, “Ya Rasulullaah, dulu aku engkau tusuk saat tak memakai baju, aku ingin engkau juga demikian”, dan Rasulullaah menyingkap bajunya, dan Ukasyah mendekat ke mimbar, tiba2 Ukasyah memeluk Rasulullaah. Menempelkan pipinya, dan terisak2 menangis. Subhaanallaah..:’(
Siapa yg berani mengqishas Rasulullaah. Ukasyah hanya ingin memeluk beliau di hari terakhir beliau. Masjid bergemuruh, isakan tangis para shahabat.
Kemudian, beliau mengulang lagi perkataan tadi, dan berdiri seseorang yg menuntut hak, karena dulu Rasulullaah pernah memakan hartanya sedikit, dan Rasulullaah menyuruh Ali bin Abi Thalib utk mengambil beberapa dirham utk membayar.
Kemudian, beliau kembali ke kamar, dan tirai ditutup, dan tak pernah lagi berkhutbah.
Tetapi, malam Jum`at, terdengar adzan Isya` oleh Bilal, Rasulullaah menoleh ke Aisyah, dan menyuruh mengambil air, dan beliau mandi, dan berusaha bangkit keluar utk shalat bersama Muslimin. Tetapi tak kuat, dan pingsan, kemudian siuman, dan bertanya, “Apakah sudah mulai shalat..?” Aisyah berkata, “belum ya Rasulullaah, mereka tengah menunggu kedatanganmu”. Beliau kembali menyuruh lagi mengambil air, begitu seterusnya, lalu pingsan, dan itu pun berulang sekian kali.
Lihatlah Kaum Muslimin, dalam keadaan spt itu beliau masih berniat utk shalat Jama`ah.
Dan memang, salah satu wasiat beliau adalah menegakkan shalat. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Allah Allah, shalat, Allah Allah, shalat.” (maksudnya; Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat) beliau terus mengulang-ulangnya 3X, lantas bersabda:” Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.”
Kemudian, di saat sakit beliau semakin keras, beliau shalallaahu `alaihi wasallaam menyuruh Abu Bakar menggantikan beliau sbg Imam shalat Jama`ah. Beliau shallallaahu ’alaihi wasallam bersabda :
مروا أبا بكر فليصل بالناس
”Suruhlah Abu Bakr agar shalat mengimami manusia”.
’Aisyah berusaha agar beliau shallallaahu ’alaihi wasallam menunjuk orang lain saja karena khawatir orang-orang akan berprasangka yang bukan-bukan kepada ayahnya (Abu Bakr).
Begitu juga Hafshah, juga mencari alasan agar tidak Abu Bakar yang menggantikan Rasulullaah, Aisyah berkata“Ya Rasulullaah, ”Sesungguhnya Abu Bakr itu seorang laki-laki yang fisiknya lemah, suaranya pelan, mudah menangis ketika membaca Al-Qur’an”, (LIhat Al Bidaayah wan Nihaayah), tetapi Rasulullaah tetap keukeuh dan berkata, “Diam, kalian betul2 persis spt wanita di zaman Yusuf yang berusaha memperdaya”
Jum`at dan Sabtu, sampai Senin, Abu Bakar yg memimpin shalat. Ahad, badan Rasulullaah agak mendingan, dan beliau berusaha utk datang ke masjid, kala itu Abu Bakar tengah mengimami shalat. Dan Abu Bakar melihat beliau keluar dari rumah Aisyah menuju masjid (kalau posisi Masjid Nabawi sebelum pelebaran dan renovasi, pintu rumah Aisyah persis bisa terlihat dari shaf pertama laki2). Dan Abu Bakar berniat mundur, namun Rasulullaah memberi isyarat agar tidak mundur, dan Rasulullaah berada di samping Abu Bakar, dan shalatlah dengan diimami Abu Bakar.
Senin, hari wafatnya beliau, bulan Rabi`ul Awwal, ketika shalat subuh, Abu Bakar tengah memimpin shalat, Rasulullaah menyingkap tabirnya dan memandang shahabat dan kaum muslimin yg shalat dg shaf yg rapi, dengan imam Abu Bakar, Rasulullaah memandang dg pandangan terakhir. Beliau memaksakan diri ke masjid, namun tak bisa. Beliau tersenyum, muka beliau berbinar2, melihat shaf shalat Muslimin rapi, sampai hampir2 Kaum Muslimin terfitnah utk bubar krn gembira melihat Rasulullaah yg dikira sudah sembuh, tetapi Rasulullaah memberi isyarat dengan tangannya utk teruskanlah shalat, beliau gembira melihat barisan Kaum Muslimin rapi.. (Ini perkataan Anas bin Malik radhiyallaahu `anhu)
Lihat, bagaimana shaf kita skrg ini. Bayangkan, bagaimana perasaan Rasulullaah. Beliau tak akan tersenyum melihat shaf yg centang perenang.
Kemudian beliau menutup tirai, dan itulah terakhir kalinya beliau melihat barisan Kaum Muslimin, beliau masuk kamar, dan kembari berbaring.. (HR. Bukhari)
Anas bin Malik berkata saat melihat rasulullaah tersenyum, “Dan aku tak pernah meliaht beliau bagus, lebih tampan, lebih elok kecuali saat itu”.
Ketika beliau shallallaahu ’alaihi wasallam dalam keadaan kritis, beliau berkata kepada para shahabat :
هلموا أكتب لكم كتابًَا لا تضلوا بعده
”Kemarilah, aku ingin menulis untuk kalian yang dengan itu kalian tidak akan tersesat setelahnya”.
Terjadi perselisihan di antara mereka. Sebagian berkeinginan memberikan alat-alat tulis (sebagaimana permintaan beliau), sebagian yang lain tidak setuju karena khawatir hal itu justru akan memberatkan beliau. Belakangan menjadi jelas bahwa perintah untuk menghadirkan alat tulis itu bukan merupakan hal yang wajib, namun merupakan sebuah pilihan. Ketika mendengar ’Umar bin Al-Khaththab radliyallaahu ’anhu mengatakan : (حسبنا كتاب الله) ”Kami telah cukup dengan Kitabullah”; maka beliau tidak mengulangi permintaannya tersebut. Seandainya hal itu merupakan satu kewajiban, tentu beliau akan menyampaikannya dalam bentuk pesan. Sebagaimana pada saat itu beliau berpesan secara langsung kepada mereka agar mengeluarkan orang-orang musyrik dari Jazirah ’Arab dan agar memuliakan rombongan delegasi yang datang ke Madinah.[HR. Bukhari, Fathul Baari 8/132] Sebuah riwayat shahih menyebutkan bahwa beliau meminta alat tulis tersebut pada hari Kamis, 4 hari sebelum beliau wafat. «Seandainya permintaan tersebut wajib, niscaya beliau shallallaahu ’alaihi wasallam tidak akan meninggalkannya karena adanya perselisihan para shahabat pada waktu waktu itu. Beliau tidak mungkin meninggalkan tabligh (atas risalah) meskipun ada yang menyelisihi. Para shahabat sudah biasa mengkonfirmasi kepada beliau dalam beberapa perkara yang ada perintah secara pasti»
Kemudian beliau memanggil Fathimah, dan masuklah putri beliau Fathimah pada waktu Dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul awal 11 H, lalu dia menangis saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia masuk menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya. Beliau hanya bisa menoleh. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya:” Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis. Kemudian beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya:” Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka diapun tertawa.
Maka setelah kematian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya kepada Fathimah: “Apa yg telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadamu sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah berkata:” Pertama kalinya beliau berkata kepadaku:” Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku:” Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yg pertama kali akan bertemu denganku dan akan menjadi waniita pemimpin surga.” Maka akupun tertawa.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kpd seluruh manusia yg hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ulang wasiat itu.
Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat, terkadang terdengar Rasulullaah menahan rasa sakitnya, tampak dari raut wajahnya,. Bahkan, beliau pernah berkata pd Aisyah, “Wahai Aisyah, aku merasakan sakitnya bekas racun yg mengenaiku ketika Khaibar..”
Dan telah shahih (satu riwayat yang menyatakan) bahwa sakit beliau tersebut telah dirasakan semenjak tahun ketujuh pasca penaklukan Khaibar, yaitu setelah beliau mencicipi sepotong daging panggang yang telah dibubuhi racun yang disuguhkan oleh istri Sallaam bin Masykam Al-Yahudiyyah. Walaupun beliau sudah memuntahkannya dan tidak sampai menelannya, namun pengaruh racun tersebut masih tersisa (HR. Bukhari, dalam Fathul Baari 8/131)
Kemudian masuklah Abdurrahman ibn Abu Bakar, dan ditangannya ada sebatang siwak. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam terus melihat kearah siwak tersebut, tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. ‘Aisyah berkata:”Aku paham dari pandangan kedua mata beliau, bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Maka aku ambil siwak itu darinya (yakni Abdurrahman ibn Abu Bakar), kemudian aku letakkan dimulutku, agar aku melunakkannya untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, kemudian aku berikan siwak tersebut kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk ke dalam perut Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam adalah air ludahku.” ‘Aisyah berkata: ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan antara air ludahku dg air ludah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum beliau wafat.”
Perhatikanlah, bagaimana Rasulullaah menjaga kesucian dirinya menjelang bertemu dengan Rabb nya. Inilah suritauladan yg baik agar Kaum Muslimin senantiasa menjaga kebersihan.
Maka beliau bersabda:” Keluarkanlah siapa saja dari rumahku.” Beliau bersabda:” Mendekatlah kepadaku wahai ‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istri beliau ‘Aisyah. ‘Aisyah berkata:” Beliau mengangkat tangan beliau seraya bersabda:” Bahkan Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la.
Masuklah malaikat Jibril `Alaihi as-salaam menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata:” Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya:” Izinkan untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut seraya berkata:” Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu :para nabi, para shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yg sebaik-baiknya.”
Rasulullaah mengambil air dan mengusapkan ke mukanya. Dan beliau berkata:”Laa Ilaha illallah, innalil mauti laa sakarat..”(sesungguhnya kematian itu ada sekarat). Beliau ulang 3X.
Kemudian beliau angkat tangan beliau dan berkata, :Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la.”
Beliau menatap dengan tajam ke langit2 rumah, dan bibirnya menggerak2kan sesuatu, Aisyah menajamkan pendengarannya, rupanya Rasulullaah mengucapkan di detik2 terakhir seraya mengangkat tangan, “Bersama orang2 yg Engkau beri ni`mat ya Allah, yaitu para Nabi, orang2 Shiddiq, Syuhada, dan orang2 Shalih, Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, pertemukanlah aku di tempat yg tinggi, Ya Allah di tempat yg tinggi”…
Kemudian, pelan2 tangan beliau mulai melemah, mata beliau mulai tertutup, nafasnya pun mulai diam, detak jantung beliau berhenti.
Innaalillaahi wa Inna ilaihi raaji`uun. Rasulullaah telah wafat, meninggalkan ummatnya… Laa ilaa ha ilallaah. Musibah terbesar bagi kaum Muslimin, menangis, dunia terasa gelap,
Anas bin Malik, “Saat Rasulullaah datang ke kota Madinah, seluruh jadi terang benderang, semuanya dimasuki cahaya iman, namun ketika wafatnya Rasulullaah, kota Madinah gelap, kebingungan, tak percaya dan sebagainya”
‘Aisyah berkata:”Maka jatuhlah tangan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia berkata:”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat, dan kukatakan:” Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali bin Abi Thalib terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri. Adapun Umar bin al-Khaththab tak percaya dan berkata:” Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah meninggal, akan kupotong kepalanya dg pedangku, beliau hanya pergi untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya, kemudian balik lagi.” Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia masuk kpd Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan berkata:”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar menemui manusia dan berkata:” Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Sedangkan Fathimah ketika mendengar Rasulullaah meninggal, beliau berkata, “Duhai Ayahanda, engkau telah memenuhi panggilanNya, surga Firdaus tempatnya, kepada Jibril kami mengatakan berita ini..” (HR. Bukhari)
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah berpulang ke rahmat Allah orang yg paling mulia, orang yg paling kita cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H tepat pada usia 62 tahun 11 bulan lebih 4 hari. semoga shalawat dan salam selalu tercurah untuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Ya Allah, berikanlah rizqi kepada kami, syafaat kekasih kami Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan satu teguk air yg menyegarkan dari haudh (telaga) beliau dg tangan beliau yg mulia.
nabi kita Muhammad juga manusia,pasti juga merasakan apa yg dirasakan manusia.
Allah subhaanahu wa Ta`aala berfirman,
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang? Barangsiapa yg berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (QS. Al Imran: 144)
Lanjut ke QS. Al Imran: 145, “Dan setiap yg bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yg telah ditentukan waktunya”
Maka setelah mendengar ayat Allah ini dibacakan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, seakan2 mereka baru sadar dan seakan baru mendengar, dan kemudian mereka mengulang2 lagi ayat2 ini, mengulang2 membacanya. Adapun Umar bin Khattab masih tetap berdiri di tempatnya, berusaha, akan tetapi beliau tersadar bahwa orang yg beliau cintai memang sudah wafat, akhirnya beliau tak lagi kuat menahan diri, akhirnya beliau terjatuh di atas tanah, dan menangis, seraya berkata, “Demi Allah, setelah aku mendengar Abu Bakar membacakan ayat itu, ketika aku mendengar ayat tsb, kaki ku tak sanggup lagi menopang tubuhku, akhirnya aku terjatuh, baru tahulah aku bahwa Rasulullaah telah wafat.” (HR. Bukhari)
Rasulullaah wafat…
Akan tetapi, bukan berarti semuanya telah usai, kaum Muslimin tetap berjuang, kaum Muslimin tetap menyadari bahwa mereka memiliki amanah utk melanjutkan Dakwah Ilallaah, Dakwah Islam, mereka tak membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesedihan.
Bahkan ketika itu, jenazah Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam masih terbaring di tempat, belum dimandikan, belum dishalatkan, sampai Selasa. Karena pada waktu itu, kaum Muslimin masih memiliki tugas yg lebih besar, yg tak kalah pentingnya, mereka tak boleh tenggelam dalam kesedihan, mereka tak boleh membiarkan umat tanpa pimpinan, mereka tak boleh membiarkan musuh2 Islam mengambil kesempatan utk melemahkan kaum Muslimin. Oleh krn itu, berkumpullah sahabat, utk memilih siapa yg akan menjadi pemimpin yg akan menggantikan Rasulullaah, sampai akhirnya mereka sepakat memilih Abu Bakar sbg Khalifah, menggantikan Rasulullaah. Kemudian, barulah pada hari Selasa, mereka memandikan Rasulullaah, tanpa membuka pakaian yg ada di badan Rasulullaah,
`Aisyah menuturkan, tatkala mereka akan memandikan Rasulullaah, mereka berkata, “Kita tak tau bagaimana caranya, apakah melepas baju Rasulullaah spt kita memandikan jenazah di antara kita atau kita memandikan sekaligus dengan pakaiannya..”
Mereka bingung, mereka tak berani.
Tatkala mereka berbeda pendapat, Allah timpakan pd mereka tidur, hingga mereka tertidur beberapa saat, shg setiap orang ketika itu, dagunya menempel ke dadanya, lalu terdengarlah suara dari sudut rumah, mereka tidak tahu suara siapa itu, terdengarlah perintah dr sudut rumah, “Cuci, mandikan Rasulullaah, dengan pakaiannya”
Catatan: Ini bukan Wahyu, namun ini adalah Ilham. Kalau Wahyu diturunkan kepada Nabi dan Rasul. Dan juga, pemandian dengan sekaligus bersama pakaian beliau, ini hanya dikhususkan pd beliau saja, agar aurat beliau tak tersingkap, dan menjaga kemuliaan beliau. Dan tak ada dalil nya pula pemandian jenazah utk selain beliau dengan mencontoh cara ini (dengan sekaligus bersama baju)
Mereka terbangun dan memandikan Rasulullaah dengan pakaian yg ada di badan Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam.
Ketika itu yg ikut memandikan beliau adalah, Al `Abbas (paman beliau), Ali bin Abi Thalib, al Fadhal, Ibnu `Abbas, Gusyam Ibnu Abbas, Saqran, Maula (bekas budak beliau), Usamah bin Zaid, dan Haus bin Haula.
Al `Abbas, al Fadhal, dan Gusyam yg membalik badan Rasulullaah. Usamah dan Saqran yang menuang air, Ali bin Abi Thalib yg mencuci & menggosok badan Rasulullaah, dan Haus yg menyandarkan badan Rasulullaah ke dada nya.
Kemudian mereka mengkafani jenazah Rasulullaah dengan 3 helai kain kafan. Lalu mereka berselelisih pendapat dimana Rasul dikafani. Abu Bakar berkata, sesunguhnya aku mendengar Rasulullaah bersabda, “Tidak seorang pun Nabi diwafatkan, melainkan ia dikubur dimana ia wafat”.
Lantas, diangkat tempat tidur beliau, dan digalilah di bawahnya kuburan Rasulullaah. Yang menggali kubur beliau adalah Abu Ubaidah, Ibnul Jara`, Abu Thalhah Zaid bin Sahl, lalu dibuatkanlah lahat utk Rasulullaah. Lalu dimakamkanlah beliau di tempat tsb, ditempat beliau meninggal, di kamar `Aisyah radhiyallaahu `anha.
Tatkala mereka selesai mengubur, kemudian Fathimah berkata, “Hai Anas, apakah jiwa kalian tenang, tentram, menaburkan tanah ke atas jasad Rasulullaah?
Lalu mereka berkata, “Tidak, bagaimana mungkin jiwa akan tenang menabur tanah di atas jasad orang yg kami cintai”
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,
Dengan itu, Rasulullaah telah wafat. Telah meninggalkan umat ini, dan beliau tidak mewariskan apa2 ke keluarga beliau, bahkan apa2 yg beliau tinggalkan, beliau sadaqahkan semuanya. beliau wafat, sementara baju besi beliau masih tergadaikan kepada Yahudi.
Saudari, itulah sirah singkat beliau. Silahkan gali sirah panjang beliau di Kitab-kitab shahih Ulama Rabbaniyyun.

2 komentar:

  1. Allahu akbar...mudah-mudahan cerita ini bermanfaat bagi kita semua,amin ya rabbal 'alamin

    BalasHapus