Betapa banyak cobaan dan ujian yang sudah
kita lalui, namun apa pun yang mendera kaum Muslimin sama sekali tak
menandingi saat terputusnya wahyu dan terbukanya pintu keburukan. Mari,
tegakkan kepala kita, membayangkan jika kita berada pada Zaman
Rasulullaah, yg menyaksikan khutbah di Haji Wada` beliau kala itu.
Dari `Aisyah ia mendengar rasulullaah
bersabda, “Hai manusia, siapapun di kalangan manusia dan kaum Muslimin
yg mendapat musibah, maka hendaklah dia menghibur dirinya dengan musibah
kematianku, dengan musibah yg menimpa dengan selainku, sesungguhnya di
antara umatku, tak akan ada mendapatkan musibah yg amat berat dan amat
besar, melainkan musibah kematianku..” (HR. Ibnu Majah-shahih, oleh
Syaikh Al Albani)
Di riwayat lain, Dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu’anhuma dan Sabith al-Jumahi radhiyallahu ‘anhu mereka
berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila
salah seorang di antara kalian ditimpa musibah, maka hendaknya ia
mengingat musibah yang ia alami dengan (wafatnya) diriku. Karena
sesungguhnya wafatku adalah musibah yang paling besar.” (HR. Ad Darimi)
Suatu ketika, setelah wafatnya
Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam, Abu Bakar ash-Shiddiq dan
Umar bin Khattab –radhiyallaahu `anhuma- menziarahi Ummu `Aiman
radhiyallaahu `anha, lalu kedua nya mendapati wanita ini menangis
terisak, dan mereka berdua pun ikut menangis, kemudian mereka bertanya,
“Apa yg menyebabkanmu menangis…? Tidakkah engkau ridha dengan apa yg
didapatkan Rasulullaah..?” Beliau menjawab, “Aku ridha dengan apa yang
didapatkan Rasulullah, dan aku tak menangisi kematian beliau, tetapi aku
menangisi apa yg akan menimpa umat Muslim setelah kematian beliau, krn
dengan kematian beliau, maka terputuslah wahyu dan terbukalah pintu
keburukan. Dahulu ketika rasul masih hidup, segala problematkan diadukan
pada rasul dan dibahas dengan tuntas, namun sekarang pintu keburukan
mulai muncul.”
Dan memang setelah kematian beliau
shalallaahu `alaihi wasallaam, memang betul terjadi apa2 yg
dikhawatirkan oleh orang2 yg dekat dengan beliau, Munafiqin bergembira
atas kematian Rasulullaah, dan kabilah2 Arab banyak yg murtad.
Berbicara tentang wafatnya Rasulullaah
shalallaahu `alaihi wasallaam, menggerakkan kerinduan hati seorang
Mukmin kepada seorang utusan Allah yg patut untuk dicintai.
Dahulu ketika Rasulullaah masih hidup,
dalam Masjid Nabawi ada sebatang pohon korma, seperti biasanya jika
beliau khutbah, beliau bersandar ke pohon kurma itu, namun setelah
dibuatkan mimbar, Rasulullaah meninggalkan pohon itu. Suatu saat ketika
Rasulullaah melewati pohon itu utk menuju mimbar, maka terdengarlah
pohon itu menangis, merintih, spt bayi yg menangis, krn rindu pada
Rasulullaah. Dan beliau shalallaahu `alaihi wasallaam turun dari mimbar,
dan memeluk pohon itu. Beliaupun bersabda, “Demi Allah, jika sekiranya
aku tak memeluk pohon ini, maka dia akan menangis sampai kiamat”
Ya Subhanallaah, lihatlah… Pohon yang
seperti itu saja, tak memiliki akal dan nafsu, sangat merindukan
kedekatan dan kehadiran Rasulullaah. Apakah kita jika seandainya tak
merasakan hal yg lebih dari itu…
Hasan al Bashri –rahimahullaah-, ketika
membaca riwayat kisah ini, beliau menangis dan berkata, “Sebatang pohon
rindu hingga menangis kepada Rasulullaah. Kalian, justru lebih patut
menangisi untuk rindu pada Rasulullaah!”
♥ Isyarat Dekatnya Ajal Rasulullaah dalam Nash Shahih
Saudari, setiap kejadian2 besar, biasanya
didahului oleh isyarat2 dan tanda2. Begitu juga dengan wafatnya
Rasulullaah, betapa banyak isyarat2 yg tampak untuk ‘memberitahukan’
akan kedekatan ajal beliau shallaahu `alaihi wasallaam, dan isyarat2 ini
pun terlihat ketika Haji Wada`. Beliau berkhutbah, dan bersaksi 3X
bahwa beliau telah menyampaikan risalah dengan tuntas.
1.Saat beliau melakukan ibadah Haji Wada`
(Haji Perpisahan), turunlah firman Allah yg artinya:”Pada hari ini
telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nitmat-Ku
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS.Al-Maidah:3)
Semua shahabat terdiam, kecuali Umar bin
Khattab. Beliau menangis, dan beliau ditanyai oleh Rasulullaah, “Apa yg
membuatmu menangis ya Umar..?”
Umar radhiyallaahu `anhu yang terkenal keras, tegas, menangis karena mengetahui makna tersirat dari ayat tsb.
Beliau menjawab, “Sesungguhnya, tiadalah
sesudah kesempurnaan, melainkan kekurangan”. Maksudnya, setelah
sempurna, maka dikembalikanlah kepada kekurangan2nya. Kekurangan yg
dimaksud adalah dengan diwafatkan Rasulullaah shalallaahu `alaihi
wasallaam. Beliau merasakan bahwa ayat itu adalah isyarat berita
kematian Rasulullaah. Lihat, betapa dekatnya ikatan antara Rasulullaah
dan shahabat, hingga beliau tahu makna tersirat dari ayat itu. Makna ayat
itu adalah, bahwa Islam sudah sempurna, dan itu artinya Rasulullaah
sudah selesai menyampaikan risalah kepada umatnya, telah sungguh2
berjihad, menasihati ummah.
Pada khutbah Haji Wada` yg singkat ini,
sangat dalam dan sangat bermakna, beliau telah menegakkan kaidah2 Islam
dan meruntuhkan kaidah2 kesyirikan, aturan2 untuk berlaku baik kepada
wanita, anak dan istri2, orangtua.
Beliau juga menyampaikan kabar gembira
kpd pemegang al Haq, selama berpegang teguh pada al Haq, tidak akan
pernah tersesat, ini beliau sampaikan di Padang Arafah.
2. QS. An Nasr
Ketika para shahabat berdiskusi mengenai
surah ini, Umar bin Khattab membawa anak berumur 15 tahun, yg bernama
Abdullaah bin `Abbas yg anak ini pernah dido`akan Rasulullaah untuk
difaqihkan Diin dan pintar memahami ta`wil dan tafsir Al-Qur`an. Beliau
bawa anak ini ke majlis shahabat (Muhajirin wa Anshar) yg tengah
berdiskusi mengenai surah ini. Dan kemudian anak ini ditanya mengenai
tafsir surah ini, dan Abdullaah bin `Abbas pun terdiam dan kemudian
menjelaskan, “Surah ini tak hanya menjelskan mengenai kemenangan, namun
surah ini juga mengkhabarkan mengenai dekatnya ajal Rasulullaah
shalallaahu `alaihi wasallaam, krn telah usai menyampaikan risalah”
3.Hadits riwayat Bukhari, dari `Aisyah
radhiyallaahu `anha, “Suatu saat berkumpul semua istri2 Rasulullaah,
kemudian masuklah Fatimah meminta izin. Fatimah berjalan persis seperti
jalannya Rasulullaah. Rasulullaah berbisik pada Fatimah, setelah itu muka
Fatimah langsung berubah dan menangis, namun kemudian Fatimah tertawa.
Kemudian `Aisyah bertanya, “Kenapa engkau menangis kemudian tertawa..?”.
Tetapi Fatimah tak mau menceritakan dan beliau berkata, “Ya Bunda,
nanti ketika Rasulullaah meninggal, akan aku ceritakan padamu”.
Kemudian, setelah Rasulullaah meninggal, `Aisyah teringat akan janji
Fatimah padanya, dan beliau pun menagih janji tsb. Beliau bertanya pada
Fatimah. Selanjutnya Fatimah pun menjawab, “Sesungguhnya Rasulullaah
berkata kepadaku,
#‘Wahai putriku, sesungguhnya Jibril datang tiap Ramadhan kepadaku 1X untuk menyuruhku membaca Al Qur`an dihadapan Jibril, selama 9X Ramadhan, tiap malam Lailatul Qadr. Namun, tahun ke 10H ini, Jibril datang kpd ku 2X, dan aku pun i`tikaf selama 20 malam, itu tandanya bahwa aku tak akan bertemu dengan Ramadhan berikutnya”, (Inilah sebabnya Fatimah menangis dan berubah mukanya)
#”Wahai Putriku, apakah kamu tidak mau menjadi pemuda kaum Muslimah dan engkau akan menyusulku pertama kali di antara keluargaku”(Ini lah sebabnya kenapa Fatimah tertawa, bahwa dia akan bertemu Rasulullaah dalam waktu dekat, dan memang menurut sejarah bahwa Fatimah wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullaah)
#‘Wahai putriku, sesungguhnya Jibril datang tiap Ramadhan kepadaku 1X untuk menyuruhku membaca Al Qur`an dihadapan Jibril, selama 9X Ramadhan, tiap malam Lailatul Qadr. Namun, tahun ke 10H ini, Jibril datang kpd ku 2X, dan aku pun i`tikaf selama 20 malam, itu tandanya bahwa aku tak akan bertemu dengan Ramadhan berikutnya”, (Inilah sebabnya Fatimah menangis dan berubah mukanya)
#”Wahai Putriku, apakah kamu tidak mau menjadi pemuda kaum Muslimah dan engkau akan menyusulku pertama kali di antara keluargaku”(Ini lah sebabnya kenapa Fatimah tertawa, bahwa dia akan bertemu Rasulullaah dalam waktu dekat, dan memang menurut sejarah bahwa Fatimah wafat 6 bulan setelah wafatnya Rasulullaah)
4. Hadits yang beliau sampaikan ketika
Haji Wada` tgl 10 Zulhijjjah, riwayat Muslim dari kitab Al Hajj, dari
Jabir bin Abdillaah radhiyallaahu `anhu, Rasulullaah shalallaahu `alaihi
wasallaam bersabda, “Ambillah tata cara manasyik haji yg aku ajarkan”,
kemudian shahabat bertanya, “Kenapa yaa Rasulullaah?”, beliau menjawab,
“Karena bisa jadi aku tidak bisa lagi berhaji bersama kalian”, kemudian
shahabat berkata, “Inilah haji Wada`”.
Tetapi beliau tak tau kapan, dimana datangnya ajal itu.
5.Masih di riwayat Muslim, “Pelajarilah tata cara haji yang aku ajarkan, karena bisa jadi aku tak akan bersama kalian”
6.Saat Rasul akan mengutus Mu`adz utk
berdakwah ke Yaman, beliau menepuk pundak Mu`adz, seraya berkata, “Ya
Mu`adz, suatu saat engkau akan melewati masjid dan kuburanku”, beliau
menangis terisak2 dan beliau merasakan tak akan bertemu dengan
Rasulullaah. Dan setelah beliau ke Yaman, dan kembali lagi, memang
benar, Mu`adz tak menemui Rasulullaah, namun hanya menemui masjid dan
kubur beliau. Beliau menangis terisak2, orang yg beliau cintai,
menyampaikan pesan terakhir kepada beliau.
Subhaanallaah, patutlah manusia menangisi kepergian beliau shalallaahu `alaihi wasallaam.
Subhaanallaah, patutlah manusia menangisi kepergian beliau shalallaahu `alaihi wasallaam.
7.Dari Abu Sa`id al Khudri, Rasulullaah
naik mimbar dan bersabda, “ Sesungguhnya ada seorang hamba yang disuruh
memilih antara bertemu Allah di JannahNya atau keni`matan dunia dan
dipanjangkan umur”. Abu Bakar radhiyallaahu `anhu menangis, dan berkata,
“Tidaklah kalian mengetahui bahwa yang disuruh memilih di antara dua
pilihan itu adalah Rasulullaah.”, sesungguhnya yang dimaksud oleh
Rasulullaah adalah dirinya sendiri, dan yang paling dekat dengannya
adalah Abu Bakar (HR. Bukhari)
(Ini tandanya bahwa Rasulullaah memilih untuk bertemu dengan Allah di JannahNya, isyarat bahwa semakin dekat ajal Rasulullaah)
♥ Sakitnya Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam(Ini tandanya bahwa Rasulullaah memilih untuk bertemu dengan Allah di JannahNya, isyarat bahwa semakin dekat ajal Rasulullaah)
Sekitar tiga bulan sepulang menunaikan
haji wada’, beliau shallallaahu ’alaihi wasallam menderita sakit yang
cukup serius. Beliau pertama kali mengeluhkan sakitnya di rumah
Ummul-Mukminin Maimunah radliyallaahu ’anhaa. Tepat di awal bulan Safar
tahun ke 11 H, pagi harinya beliau keluar menziarahi kubur `Uhud,
penguburan Syuhada yg gugur di medan perang Uhud, beliau mengunjungi
laksana akan berpisah, lalu berdiri diatas makam para syuhada dan
berkata:” Assalamu’alaikum wahai syuhada ‘Uhud, kalian adalah
orang-orang yang mendahului kami dan kami insya Allah akan menyusul
kalian, dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul kalian.”
Kemudian Rasulullaah pulang sambil
menangis. Maka para sahabat bertanya kepada Rasulullah : “Apa yang
membuat engkau menangis wahai Rasulullaah ?” Beliau bersabda:” Aku
merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka berkata:” Bukahkah kami
adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah?” Beliau bersabda:” Bukan,
kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman adalah
suatu kaum yg datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka
belum pernah melihatku.”
Aku berdoa kepada Allah subhaanahu wa
Ta`ala mudah-nudahan kita semua termasuk mereka yg dirindukan oleh
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Aamiin ya Rabbal Alamin
Pada hari Senin 29 Shafar, malam harinya,
beliau berkata kepada bekas budak yg telah dimerdekakannya yaitu Abu
Muhaibah. Beliau membangunkan Abu Muhaibah dan bersabda, “Ya Abu
Muhaibah, aku diperintahkan beristighfar untuk ahlu Baqi`, maka
pergilah bersamaku”. Lalu Abu Muhaibah pergi menemani beliau berziarah,
sesampainya di Baqi`, keduanya berdiri dan Rasulullaah berdo`a,
“Assalaamu`alaikum wahai penghuni kubur, berbahagialah kalian atas apa2
yg didapatkan dan ditemui oleh manusia, sungguh fitnah2 telah datang,
bagaikan penggalan malam yg gelap gulita, silih berganti, fitnah yg
belakangan lebih lebih buruk dari fitnah yang muncul awal2”.
Isyarat bahwa fitnah akan muncul susul
menyusul setelah wafatnya Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam.
Bahkan hadits riwayat Imam al Hakim, dishahihkan oleh Al Albani
rahimahullaah Ta`ala, Rasulullaah menyebutkan tentang datangnya fitnah
yg dibentangkan laksana tikar, fitnah yg gelap gulita, hingga sampai2
Rasulullaah menjelaskan dalam hadits, “Ketika fitnah2 tsb datang, di
antara orang2 ada yg pagi harinya Mu`min, petang harinya Kafir, petang
harinya Mu`min, dan pagi harinya Kafir..”
Allaahul musta`aan. Allaahumma yaa muqallibal Quluub Tsabbit Qalbi `Alaa Diinik
Kemudian beliau bersabda kepada Abu
Muhaibah, “Hai Abu Muhaibah, Sungguh, aku telah diberitahukan kunci
pembendaharaan dunia dan kesesalan di dunia, kemudian masuk surga. Lalu
Allah memberikan pilihan kpd ku, antara pembendaharaan dunia dan surga,
serta antara bertemu dengan Allah dan surga”, maka spontan Abu
Muhaibah berkata, “Wahai Rasulullaah, ambil kunci2 pembendaharaan dunia
dan kekal di atasnya kemudian engkau masuk surga”, kemudian beliau
menjawab, “Tidak, tidak demikian”. Akan tetapi keinginan Rasulullaah
hidup di dunia sebatas menunaikan amanah, menyampaikan risalah, dan
beliau telah melakukan itu, dan beliau telah meninggalkan ummatnya di
atas kebenaran, dalam keadaan terang benderang, malam bagaikan siang.
Beliau berkata“Tidak ya Abu Muhaibah, aku telah memilih Rabb ku dan
surga”, ini isyarat bahwa semakin dekatnya ajal Rasulullaah. Kemudian
beliau beristighfar untuk Ahlu Baqi`.
Lalu beliau pulang ke rumah `Aisyah, di
tengah jalan, beliau merasakan pusing di kepala dan panas badannya
meninggi. Shg shahabat melihat dan merasakan dari ikat kepala
Rasulullaah. Ibnu Mas`ud berkata, “Wahai Rasulullaah, sepertinya engkau
merasakan sakit yg luar biasa. Rasulullaah berkata, “Iyaa ya Ibn Mas`ud,
ini sebanding dengan sakit 2 orang dari kalian”.
Setelah sampai, beliau mendapati `Aisyah
tengah berbaring di atas bantal, yg mengeluhkan sakit kepalanya.
Kemudian Rasulullaah berkata, “Aku juga wahai Aisyah, kepalaku juga
sakit sekali”. Di tengah sakitnya, Rasulullaah berusaha utk menghibur
Aisyah, dan berkata, “Apa yg menyusahkanmu wahai Aisyah, jika engkau yg
dulu meninggal, aku yg akan mengurusmu, memandikanmu, mengkafanimu dan
menguburkanmu”, namun Aisyah spt nya tak paham maksud Rasulullaah dan
–wallaahua`lam- apakah krn kecemburuan pd wanita lain atau bagaimana,
beliau berkata, “Jika engkau melakukan itu, aku seolah2 melihatmu ke
rumahku, namun tidur bersama istri2mu”, namun Rasulullaah tak membalas
perkataan Aisyah, Rasulullaah hanya tersenyum…:)
Lihat betapa bijaksananya beliau, betapa
baiknya beliau kepada istri beliau. Subhaanallaah, “Sungguh, dalam diri
Rasulullaah telah ada suritauladan yg baik..”, beliaulah qudwah yg
terbaik bagi ummat.
Setelah itu, sakit beliau semakin
bertambah. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat berjama`ah
selama 14 hari (Ada yg mengatakan 11, 12, 13 hari).
Setiap beliau berpindah dari rumah istri2 beliau, beliau selalu bertanya, “Besok dimana tempat saya… Besok dimana tempat saya”, maksud beliau bertanya begitu, beliau berharap dirawat di rumah Aisyah. Istri2 beliau memahami, dan paham akan cinta Rasulullaah kdp Aisyah. Beliau saat itu berada dirumah Sayyidah Maimunah, Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Kumpulkanlah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau shalallaahu ‘alaihi wassallaam, beliau bersabda kepada mereka:” Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab:” Kami mengizinkanmu wahai Rasulullaah.”
Setiap beliau berpindah dari rumah istri2 beliau, beliau selalu bertanya, “Besok dimana tempat saya… Besok dimana tempat saya”, maksud beliau bertanya begitu, beliau berharap dirawat di rumah Aisyah. Istri2 beliau memahami, dan paham akan cinta Rasulullaah kdp Aisyah. Beliau saat itu berada dirumah Sayyidah Maimunah, Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:” Kumpulkanlah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau shalallaahu ‘alaihi wassallaam, beliau bersabda kepada mereka:” Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab:” Kami mengizinkanmu wahai Rasulullaah.”
Kemudian beliau berkeinginan untuk
berdiri, akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah ‘Ali ibn Abi Thalib,
dan al-Fadl ibn al-‘Abbas. Maka merekapun membopong Rasulullaah
Shalallaahu ‘Alaihi Wassallaam, lalu mereka memindahkan beliau
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dari kamar Maimunah menuju kamar ‘Aisyah.
Biasanya beliau dikala sakit, meruqiyah
sendiri dengan surah2 (Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas), meniupkan ke
tangannya dan mengusapkannya ke badannya, namun sakit kali ini beliau
tak sanggup melakukan itu, maka digantikanlah oleh Aisyah.
Lihat, betapa sempurna nya risalah Rasulullaah, sampai2 cara pengobatanpun diajarkan.
Rabu, 5 hari sebelum wafat beliau, saat
sakit beliau semakin mengeras, beliau bersabda dalam rawaahul Bukhari,
“Bawakan kpd ku 7 kantong air, yg belum dibuka ikatannya, semoga aku
bisa keluar menemui orang banyak”
Kemudian, masih di riwayat Bukhari,
Rasulullaah menyuruh ambilkan air dari 7 tempat berbeda”, maksudnya utk
mengambil berkah dr bilangan ganjil, dan air utk menurunkan panas,
silahkan merujuk ke Kitab Zaadul Ma`ad, Ibnul Qayyim, bahasan Tibbun
Nabawi.
♥ Hari-Hari Terakhir dan Wasiat Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam
Para sahabat radhiyallaahu `anhum, baru
pertama kali ini mereka melihat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
dibopong di atas dua tangan. maka berkumpullah para sahabat dan mereka
berkata:” Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada
Rasulullah?”
Mulailah manusia berkumpul di dalam
masjid. Masjidpun mulai penuh dengan para sahabat radhiyallaahu `anhum.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dibawa menuju rumah ‘Aisyah.
Mulailah suara-suara didalam masjid
meninggi. Bersabdalah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:”Apa ini?”
Berkatalah ‘Aisyah: “Sesungguhnya manusia mengkhawatirkanmu wahai
Rasulullah.” Beliaupun bersabda: ”Bawalah aku kepada mereka.” Maka
beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. maka para
sahabat menyirankan tujuh qirbah (timba) air kepada beliau hingga beliau
bangkit, dan membawa neliau naik ke atas mimbar.
Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah
terakhir beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, menjadi kalimat terakhir
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan doa terakhir Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Beliau bersabda:” Wahai manusia, kalian
mengkhawatirkan aku?” Mereka menjawab:” Ya, wahai Rasulullah.”
Bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:”Sesungguhnya tempat
perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian
denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku
sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi
Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, akan tetapi
yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian, sehingga kalian
akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana orang-orang sebelum
kalian telah berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan
membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang
sebelum kalian.”
Kemudian beliau bersabda:” Wahai manusia,
sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah telah memberikan pilihan
kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada di sisi-Nya, maka dia
memilih apa yang ada di sisi-Nya.”
Tidak ada yang memahami siapakah yang
dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam adalah diri beliau sendiri. Allah telah memberikan pilihan
kepada beliau dan tidak ada seorangpun yang paham selain Abu Bakar dan
kebiasaan para sahabat saat beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang
berbicara adalah mereka diam, seakan-akan ada seekor burung yang
bertengger di atas kepala mereka. maka saat Abu Bakar mendengar
perkataan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dia tidak mampu
menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis dengan sesengukan,
dan ditengah masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam, dia berkata:”Kami tebus engkau dengan bapak-bapak kami
wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan ibu-ibu kami wahai Rasulullah,
kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” dia
mengulang-ulangnya, sementara para sahabat melihat kepadanya dg
pandangan heran, bagaimana dia berani memotong khutbah Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam?”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
bersabda :”Wahai manusia, tidak ada seorangpun diantara kalian yg
memiliki keutamaan di sisi kami melainkan kami telah membalasnya,
kecuali Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan
balasannya kepada Allah. Setiap pintu masjid ditutup kecuali pintu Abu
Bakar tidak akan di tutup selamanya.”
Wasiat ini menunjukkan bahwa Abu Bakar
adalah shahabat yg paling utama dan beliau yang akan menggantikan
kepemimpinan beliau shalallaahu `alaihi waasallaam.
Kemudian mulailah beliau Shalallahu
‘Alaihi Wassalam berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum wafat:” Mudah-mudahan Allah
menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan
Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian,
mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga
kalian.”
Dan kalimat terkahir yang beliau
sampaikan sebelum beliau turun dari atas mimbar sambil menghadapkan
wajah beliau kepada ummat dari atas mimbar adalah:” Wahai manusia
sampaikanlah salamku kpd orang yg mengikutiku diantara ummatku hingga
hari kiamat.” Setelah itu beliaupun dibawa kembali ke rumah beliau
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.
Kemudian, “Barangsiapa yg harta nya aku
ambil, maka silahkan ambil hartaku, barangsiapa yg aku pukul, maka
silahkan dia mengqishasku hari ini”, subhaanallaah, dihadapan shahabat,
di tengah saat sakit, beliau masih berazzam utk mengembalikan hak2
manusia. Sungguh, tak akan ada yg mau untuk menuntut hak kpd beliau,.
Tetapi, saat diam mencekam, ada shahabat yg bernama `Ukasyah yg berdiri
menuntut hak pd Rasulullaah dan berkata,
“ Ya Rasulullaah, Dahulu engkau ketika meluruskan barisan ketika perang badar, engkau menusuk perutku dengan tongkatmu, hari ini aku akan menuntut”, shahabat tercengang dan Ali bin Abi Thalib berdiri, dan berkata, “Ya Rasulullaah, aku yg akan menggantikanmu utk diqishas ya Rasulullaah”, tetapi Rasulullaah tak mengizinkan, dan menyuruh Ukasyah mendekati beliau, dan memberikan tongkat beliau. Tetapi Ukasyah berkata, “Ya Rasulullaah, dulu aku engkau tusuk saat tak memakai baju, aku ingin engkau juga demikian”, dan Rasulullaah menyingkap bajunya, dan Ukasyah mendekat ke mimbar, tiba2 Ukasyah memeluk Rasulullaah. Menempelkan pipinya, dan terisak2 menangis. Subhaanallaah..:’(
“ Ya Rasulullaah, Dahulu engkau ketika meluruskan barisan ketika perang badar, engkau menusuk perutku dengan tongkatmu, hari ini aku akan menuntut”, shahabat tercengang dan Ali bin Abi Thalib berdiri, dan berkata, “Ya Rasulullaah, aku yg akan menggantikanmu utk diqishas ya Rasulullaah”, tetapi Rasulullaah tak mengizinkan, dan menyuruh Ukasyah mendekati beliau, dan memberikan tongkat beliau. Tetapi Ukasyah berkata, “Ya Rasulullaah, dulu aku engkau tusuk saat tak memakai baju, aku ingin engkau juga demikian”, dan Rasulullaah menyingkap bajunya, dan Ukasyah mendekat ke mimbar, tiba2 Ukasyah memeluk Rasulullaah. Menempelkan pipinya, dan terisak2 menangis. Subhaanallaah..:’(
Siapa yg berani mengqishas Rasulullaah.
Ukasyah hanya ingin memeluk beliau di hari terakhir beliau. Masjid
bergemuruh, isakan tangis para shahabat.
Kemudian, beliau mengulang lagi perkataan
tadi, dan berdiri seseorang yg menuntut hak, karena dulu Rasulullaah
pernah memakan hartanya sedikit, dan Rasulullaah menyuruh Ali bin Abi
Thalib utk mengambil beberapa dirham utk membayar.
Kemudian, beliau kembali ke kamar, dan tirai ditutup, dan tak pernah lagi berkhutbah.
Kemudian, beliau kembali ke kamar, dan tirai ditutup, dan tak pernah lagi berkhutbah.
Tetapi, malam Jum`at, terdengar adzan
Isya` oleh Bilal, Rasulullaah menoleh ke Aisyah, dan menyuruh mengambil
air, dan beliau mandi, dan berusaha bangkit keluar utk shalat bersama
Muslimin. Tetapi tak kuat, dan pingsan, kemudian siuman, dan bertanya,
“Apakah sudah mulai shalat..?” Aisyah berkata, “belum ya Rasulullaah,
mereka tengah menunggu kedatanganmu”. Beliau kembali menyuruh lagi
mengambil air, begitu seterusnya, lalu pingsan, dan itu pun berulang
sekian kali.
Lihatlah Kaum Muslimin, dalam keadaan spt itu beliau masih berniat utk shalat Jama`ah.
Dan memang, salah satu wasiat beliau adalah menegakkan shalat. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Allah Allah, shalat, Allah Allah, shalat.” (maksudnya; Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat) beliau terus mengulang-ulangnya 3X, lantas bersabda:” Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.”
Dan memang, salah satu wasiat beliau adalah menegakkan shalat. Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:”Allah Allah, shalat, Allah Allah, shalat.” (maksudnya; Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat) beliau terus mengulang-ulangnya 3X, lantas bersabda:” Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.”
Kemudian, di saat sakit beliau semakin
keras, beliau shalallaahu `alaihi wasallaam menyuruh Abu Bakar
menggantikan beliau sbg Imam shalat Jama`ah. Beliau shallallaahu ’alaihi
wasallam bersabda :
مروا أبا بكر فليصل بالناس”Suruhlah Abu Bakr agar shalat mengimami manusia”.
’Aisyah berusaha agar beliau shallallaahu
’alaihi wasallam menunjuk orang lain saja karena khawatir orang-orang
akan berprasangka yang bukan-bukan kepada ayahnya (Abu Bakr).
Begitu juga Hafshah, juga mencari alasan
agar tidak Abu Bakar yang menggantikan Rasulullaah, Aisyah berkata“Ya
Rasulullaah, ”Sesungguhnya Abu Bakr itu seorang laki-laki yang fisiknya
lemah, suaranya pelan, mudah menangis ketika membaca Al-Qur’an”, (LIhat
Al Bidaayah wan Nihaayah), tetapi Rasulullaah tetap keukeuh dan berkata,
“Diam, kalian betul2 persis spt wanita di zaman Yusuf yang berusaha
memperdaya”
Jum`at dan Sabtu, sampai Senin, Abu Bakar
yg memimpin shalat. Ahad, badan Rasulullaah agak mendingan, dan beliau
berusaha utk datang ke masjid, kala itu Abu Bakar tengah mengimami
shalat. Dan Abu Bakar melihat beliau keluar dari rumah Aisyah menuju
masjid (kalau posisi Masjid Nabawi sebelum pelebaran dan renovasi, pintu
rumah Aisyah persis bisa terlihat dari shaf pertama laki2). Dan Abu
Bakar berniat mundur, namun Rasulullaah memberi isyarat agar tidak
mundur, dan Rasulullaah berada di samping Abu Bakar, dan shalatlah
dengan diimami Abu Bakar.
Senin, hari wafatnya beliau, bulan
Rabi`ul Awwal, ketika shalat subuh, Abu Bakar tengah memimpin shalat,
Rasulullaah menyingkap tabirnya dan memandang shahabat dan kaum muslimin
yg shalat dg shaf yg rapi, dengan imam Abu Bakar, Rasulullaah memandang
dg pandangan terakhir. Beliau memaksakan diri ke masjid, namun tak
bisa. Beliau tersenyum, muka beliau berbinar2, melihat shaf shalat
Muslimin rapi, sampai hampir2 Kaum Muslimin terfitnah utk bubar krn
gembira melihat Rasulullaah yg dikira sudah sembuh, tetapi Rasulullaah
memberi isyarat dengan tangannya utk teruskanlah shalat, beliau gembira
melihat barisan Kaum Muslimin rapi.. (Ini perkataan Anas bin Malik
radhiyallaahu `anhu)
Lihat, bagaimana shaf kita skrg ini.
Bayangkan, bagaimana perasaan Rasulullaah. Beliau tak akan tersenyum
melihat shaf yg centang perenang.
Kemudian beliau menutup tirai, dan itulah
terakhir kalinya beliau melihat barisan Kaum Muslimin, beliau masuk
kamar, dan kembari berbaring.. (HR. Bukhari)
Anas bin Malik berkata saat melihat
rasulullaah tersenyum, “Dan aku tak pernah meliaht beliau bagus, lebih
tampan, lebih elok kecuali saat itu”.
Ketika beliau shallallaahu ’alaihi wasallam dalam keadaan kritis, beliau berkata kepada para shahabat :
هلموا أكتب لكم كتابًَا لا تضلوا بعده
”Kemarilah, aku ingin menulis untuk kalian yang dengan itu kalian tidak akan tersesat setelahnya”.
Terjadi perselisihan di antara mereka.
Sebagian berkeinginan memberikan alat-alat tulis (sebagaimana permintaan
beliau), sebagian yang lain tidak setuju karena khawatir hal itu justru
akan memberatkan beliau. Belakangan menjadi jelas bahwa perintah untuk
menghadirkan alat tulis itu bukan merupakan hal yang wajib, namun
merupakan sebuah pilihan. Ketika mendengar ’Umar bin Al-Khaththab
radliyallaahu ’anhu mengatakan : (حسبنا كتاب الله) ”Kami telah cukup
dengan Kitabullah”; maka beliau tidak mengulangi permintaannya tersebut.
Seandainya hal itu merupakan satu kewajiban, tentu beliau akan
menyampaikannya dalam bentuk pesan. Sebagaimana pada saat itu beliau
berpesan secara langsung kepada mereka agar mengeluarkan orang-orang
musyrik dari Jazirah ’Arab dan agar memuliakan rombongan delegasi yang
datang ke Madinah.[HR. Bukhari, Fathul Baari 8/132] Sebuah riwayat
shahih menyebutkan bahwa beliau meminta alat tulis tersebut pada hari
Kamis, 4 hari sebelum beliau wafat. «Seandainya permintaan tersebut
wajib, niscaya beliau shallallaahu ’alaihi wasallam tidak akan
meninggalkannya karena adanya perselisihan para shahabat pada waktu
waktu itu. Beliau tidak mungkin meninggalkan tabligh (atas risalah)
meskipun ada yang menyelisihi. Para shahabat sudah biasa mengkonfirmasi
kepada beliau dalam beberapa perkara yang ada perintah secara pasti»
Kemudian beliau memanggil Fathimah, dan
masuklah putri beliau Fathimah pada waktu Dhuha di hari Senin 12 Rabi’ul
awal 11 H, lalu dia menangis saat masuk kamar Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia masuk
menemui Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau berdiri dan
menciumnya di antara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak
mampu berdiri untuknya. Beliau hanya bisa menoleh. Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wassalam bersabda kepadanya:” Mendekatlah kemari wahai
Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun
menangis. Kemudian beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya:”
Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu sekali
lagi, maka diapun tertawa.
Maka setelah kematian Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, mereka bertanya kepada Fathimah: “Apa yg
telah dibisikkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepadamu
sehingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga
engkau tertawa?” Fathimah berkata:” Pertama kalinya beliau berkata
kepadaku:” Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun
menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata
kepadaku:” Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yg pertama kali akan
bertemu denganku dan akan menjadi waniita pemimpin surga.” Maka akupun
tertawa.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
memanggil Hasan dan Husain, beliau mencium keduanya dan berwasiat
kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau
berwasiat kpd seluruh manusia yg hadir agar menjaga shalat. Beliau
mengulang-ulang wasiat itu.
Lalu rasa sakitpun terasa semakin berat,
terkadang terdengar Rasulullaah menahan rasa sakitnya, tampak dari raut
wajahnya,. Bahkan, beliau pernah berkata pd Aisyah, “Wahai Aisyah, aku
merasakan sakitnya bekas racun yg mengenaiku ketika Khaibar..”
Dan telah shahih (satu riwayat yang
menyatakan) bahwa sakit beliau tersebut telah dirasakan semenjak tahun
ketujuh pasca penaklukan Khaibar, yaitu setelah beliau mencicipi
sepotong daging panggang yang telah dibubuhi racun yang disuguhkan oleh
istri Sallaam bin Masykam Al-Yahudiyyah. Walaupun beliau sudah
memuntahkannya dan tidak sampai menelannya, namun pengaruh racun
tersebut masih tersisa (HR. Bukhari, dalam Fathul Baari 8/131)
Kemudian masuklah Abdurrahman ibn Abu
Bakar, dan ditangannya ada sebatang siwak. Beliau Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam terus melihat kearah siwak tersebut, tetapi tidak mampu berkata
aku menginginkan siwak. ‘Aisyah berkata:”Aku paham dari pandangan kedua
mata beliau, bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. Maka aku ambil
siwak itu darinya (yakni Abdurrahman ibn Abu Bakar), kemudian aku
letakkan dimulutku, agar aku melunakkannya untuk Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam, kemudian aku berikan siwak tersebut kepada beliau. Maka
sesuatu yang paling akhir masuk ke dalam perut Nabi Shalallahu ‘Alaihi
Wassalam adalah air ludahku.” ‘Aisyah berkata: ”Termasuk sebuah
keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan antara air
ludahku dg air ludah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sebelum beliau
wafat.”
Perhatikanlah, bagaimana Rasulullaah
menjaga kesucian dirinya menjelang bertemu dengan Rabb nya. Inilah
suritauladan yg baik agar Kaum Muslimin senantiasa menjaga kebersihan.
Maka beliau bersabda:” Keluarkanlah siapa
saja dari rumahku.” Beliau bersabda:” Mendekatlah kepadaku wahai
‘Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istri beliau ‘Aisyah. ‘Aisyah
berkata:” Beliau mengangkat tangan beliau seraya bersabda:” Bahkan
Ar-Rafiqul A’la bahkan Ar-Rafiqul A’la.” Maka diketahuilah bahwa
disela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan
dunia atau Ar-Rafiqul A’la.
Masuklah malaikat Jibril `Alaihi
as-salaam menemui Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam seraya berkata:”
Malaikat maut ada di pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak
pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata
kepadanya:” Izinkan untuknya wahai Jibril.” Masuklah malaikat Maut
seraya berkata:” Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah
mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di
dunia atau bertemu dengan Allah di Akhirat.” Maka Nabi Shalallahu
‘Alaihi Wassalam bersabda:” Bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la (Teman yg
tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah yaitu :para nabi, para
shiddiqiin, orang-orang yg mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah rafiq (teman) yg sebaik-baiknya.”
Rasulullaah mengambil air dan mengusapkan
ke mukanya. Dan beliau berkata:”Laa Ilaha illallah, innalil mauti laa
sakarat..”(sesungguhnya kematian itu ada sekarat). Beliau ulang 3X.
Kemudian beliau angkat tangan beliau dan
berkata, :Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada
ar-rafiq al-a’la. Ya Allah (aku minta) ar-rafiq al-a’la, Ya Allah (aku
minta) ar-rafiq al-a’la.”
Beliau menatap dengan tajam ke langit2
rumah, dan bibirnya menggerak2kan sesuatu, Aisyah menajamkan
pendengarannya, rupanya Rasulullaah mengucapkan di detik2 terakhir
seraya mengangkat tangan, “Bersama orang2 yg Engkau beri ni`mat ya
Allah, yaitu para Nabi, orang2 Shiddiq, Syuhada, dan orang2 Shalih, Ya
Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, pertemukanlah aku di tempat yg
tinggi, Ya Allah di tempat yg tinggi”…
Kemudian, pelan2 tangan beliau mulai
melemah, mata beliau mulai tertutup, nafasnya pun mulai diam, detak
jantung beliau berhenti.
Innaalillaahi wa Inna ilaihi raaji`uun.
Rasulullaah telah wafat, meninggalkan ummatnya… Laa ilaa ha ilallaah.
Musibah terbesar bagi kaum Muslimin, menangis, dunia terasa gelap,
Anas bin Malik, “Saat Rasulullaah datang
ke kota Madinah, seluruh jadi terang benderang, semuanya dimasuki cahaya
iman, namun ketika wafatnya Rasulullaah, kota Madinah gelap,
kebingungan, tak percaya dan sebagainya”
‘Aisyah berkata:”Maka jatuhlah tangan
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, dan kepala beliau menjadi berat di
atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia
berkata:”Aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan, tidak ada yg kuperbuat
selain keluar dari kamarku menuju masjid, yg disana ada para sahabat,
dan kukatakan:” Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat,
Rasulullah telah wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali
bin Abi Thalib terduduk karena beratnya kabar tersebut, ‘Ustman bin
Affan seperti anak kecil menggerakkan tangannya ke kanan dan kekiri.
Adapun Umar bin al-Khaththab tak percaya dan berkata:” Jika ada
seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
telah meninggal, akan kupotong kepalanya dg pedangku, beliau hanya pergi
untuk menemui Rabb-Nya sebagaimana Musa pergi untuk menemui Rabb-Nya,
kemudian balik lagi.” Adapun orang yg paling tegar adalah Abu Bakar, dia
masuk kpd Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, memeluk beliau dan
berkata:”Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia
mencium Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata : ”Anda mulia dalam
hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar menemui manusia dan
berkata:” Barangsiapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah
wafat, dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah
kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku
mencari tempat untuk menyendiri dan aku menangis sendiri.”
Sedangkan Fathimah ketika mendengar
Rasulullaah meninggal, beliau berkata, “Duhai Ayahanda, engkau telah
memenuhi panggilanNya, surga Firdaus tempatnya, kepada Jibril kami
mengatakan berita ini..” (HR. Bukhari)
Inna lillahi wainna ilaihi raji’un, telah
berpulang ke rahmat Allah orang yg paling mulia, orang yg paling kita
cintai pada waktu dhuha ketika memanas di hari Senin 12 Rabiul Awal 11 H
tepat pada usia 62 tahun 11 bulan lebih 4 hari. semoga shalawat dan
salam selalu tercurah untuk Nabi kiat tercinta Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wassalam.
Ya Allah, berikanlah rizqi kepada kami,
syafaat kekasih kami Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan satu teguk air yg
menyegarkan dari haudh (telaga) beliau dg tangan beliau yg mulia.
nabi kita Muhammad juga manusia,pasti juga merasakan apa yg dirasakan manusia.
Allah subhaanahu wa Ta`aala berfirman,
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang? Barangsiapa yg berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (QS. Al Imran: 144)
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang? Barangsiapa yg berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. (QS. Al Imran: 144)
Lanjut ke QS. Al Imran: 145, “Dan setiap
yg bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah, sebagai
ketetapan yg telah ditentukan waktunya”
Maka setelah mendengar ayat Allah ini
dibacakan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, seakan2 mereka baru sadar dan
seakan baru mendengar, dan kemudian mereka mengulang2 lagi ayat2 ini,
mengulang2 membacanya. Adapun Umar bin Khattab masih tetap berdiri di
tempatnya, berusaha, akan tetapi beliau tersadar bahwa orang yg beliau
cintai memang sudah wafat, akhirnya beliau tak lagi kuat menahan diri,
akhirnya beliau terjatuh di atas tanah, dan menangis, seraya berkata,
“Demi Allah, setelah aku mendengar Abu Bakar membacakan ayat itu,
ketika aku mendengar ayat tsb, kaki ku tak sanggup lagi menopang
tubuhku, akhirnya aku terjatuh, baru tahulah aku bahwa Rasulullaah telah
wafat.” (HR. Bukhari)
Rasulullaah wafat…
Akan tetapi, bukan berarti semuanya telah
usai, kaum Muslimin tetap berjuang, kaum Muslimin tetap menyadari bahwa
mereka memiliki amanah utk melanjutkan Dakwah Ilallaah, Dakwah Islam,
mereka tak membiarkan diri mereka tenggelam dalam kesedihan.
Bahkan ketika itu, jenazah Rasulullaah
shalallaahu `alaihi wasallaam masih terbaring di tempat, belum
dimandikan, belum dishalatkan, sampai Selasa. Karena pada waktu itu,
kaum Muslimin masih memiliki tugas yg lebih besar, yg tak kalah
pentingnya, mereka tak boleh tenggelam dalam kesedihan, mereka tak boleh
membiarkan umat tanpa pimpinan, mereka tak boleh membiarkan musuh2
Islam mengambil kesempatan utk melemahkan kaum Muslimin. Oleh krn itu,
berkumpullah sahabat, utk memilih siapa yg akan menjadi pemimpin yg akan
menggantikan Rasulullaah, sampai akhirnya mereka sepakat memilih Abu
Bakar sbg Khalifah, menggantikan Rasulullaah. Kemudian, barulah pada
hari Selasa, mereka memandikan Rasulullaah, tanpa membuka pakaian yg ada
di badan Rasulullaah,
`Aisyah menuturkan, tatkala mereka akan
memandikan Rasulullaah, mereka berkata, “Kita tak tau bagaimana caranya,
apakah melepas baju Rasulullaah spt kita memandikan jenazah di antara
kita atau kita memandikan sekaligus dengan pakaiannya..”
Mereka bingung, mereka tak berani.
Mereka bingung, mereka tak berani.
Tatkala mereka berbeda pendapat, Allah
timpakan pd mereka tidur, hingga mereka tertidur beberapa saat, shg
setiap orang ketika itu, dagunya menempel ke dadanya, lalu terdengarlah
suara dari sudut rumah, mereka tidak tahu suara siapa itu, terdengarlah
perintah dr sudut rumah, “Cuci, mandikan Rasulullaah, dengan pakaiannya”
Catatan: Ini bukan Wahyu, namun ini
adalah Ilham. Kalau Wahyu diturunkan kepada Nabi dan Rasul. Dan juga,
pemandian dengan sekaligus bersama pakaian beliau, ini hanya dikhususkan
pd beliau saja, agar aurat beliau tak tersingkap, dan menjaga kemuliaan
beliau. Dan tak ada dalil nya pula pemandian jenazah utk selain beliau
dengan mencontoh cara ini (dengan sekaligus bersama baju)
Mereka terbangun dan memandikan Rasulullaah dengan pakaian yg ada di badan Rasulullaah shalallaahu `alaihi wasallaam.
Ketika itu yg ikut memandikan beliau
adalah, Al `Abbas (paman beliau), Ali bin Abi Thalib, al Fadhal, Ibnu
`Abbas, Gusyam Ibnu Abbas, Saqran, Maula (bekas budak beliau), Usamah
bin Zaid, dan Haus bin Haula.
Al `Abbas, al Fadhal, dan Gusyam yg
membalik badan Rasulullaah. Usamah dan Saqran yang menuang air, Ali bin
Abi Thalib yg mencuci & menggosok badan Rasulullaah, dan Haus yg
menyandarkan badan Rasulullaah ke dada nya.
Kemudian mereka mengkafani jenazah
Rasulullaah dengan 3 helai kain kafan. Lalu mereka berselelisih pendapat
dimana Rasul dikafani. Abu Bakar berkata, sesunguhnya aku mendengar
Rasulullaah bersabda, “Tidak seorang pun Nabi diwafatkan, melainkan ia
dikubur dimana ia wafat”.
Lantas, diangkat tempat tidur beliau, dan
digalilah di bawahnya kuburan Rasulullaah. Yang menggali kubur beliau
adalah Abu Ubaidah, Ibnul Jara`, Abu Thalhah Zaid bin Sahl, lalu
dibuatkanlah lahat utk Rasulullaah. Lalu dimakamkanlah beliau di tempat
tsb, ditempat beliau meninggal, di kamar `Aisyah radhiyallaahu `anha.
Tatkala mereka selesai mengubur, kemudian
Fathimah berkata, “Hai Anas, apakah jiwa kalian tenang, tentram,
menaburkan tanah ke atas jasad Rasulullaah?
Lalu mereka berkata, “Tidak, bagaimana mungkin jiwa akan tenang menabur tanah di atas jasad orang yg kami cintai”
Lalu mereka berkata, “Tidak, bagaimana mungkin jiwa akan tenang menabur tanah di atas jasad orang yg kami cintai”
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,
Dengan itu, Rasulullaah telah wafat.
Telah meninggalkan umat ini, dan beliau tidak mewariskan apa2 ke
keluarga beliau, bahkan apa2 yg beliau tinggalkan, beliau sadaqahkan
semuanya. beliau wafat, sementara baju besi beliau masih tergadaikan
kepada Yahudi.
Saudari, itulah sirah singkat beliau. Silahkan gali sirah panjang beliau di Kitab-kitab shahih Ulama Rabbaniyyun.
mohon izin copas
BalasHapusAllahu akbar...mudah-mudahan cerita ini bermanfaat bagi kita semua,amin ya rabbal 'alamin
BalasHapus